Primer Liga Inggris 2022

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Liga Primer Inggris musim 2022/2023 telah berakhir, dan para pemenang dan pecundang telah dikonfirmasi. Berikut 11 pemain yang masuk ke dalam Starting XI terburuk musim 2022/2023:

Penjaga gawang Illan Meslier (Leeds United)

Pemain bertahan: Clement Lenglet (Tottenham), Lyanco (Southampton), Harry Maguire (Manchester United), Marc Cucurella (Chelsea)

Gelandang: Kalvin Phillips (Manchester City), Jonjo Shelvey (Nottingham Forest), Stuart Armstrong (Southampton)

Penyerang: Richarlison (Tottenham), Kai Havertz (Chelsea), Pierre-Emerick Aubameyang (Chelsea)

Tidak ada tim yang kebobolan lebih banyak gol di Liga Primer musim ini dibandingkan Leeds United, dan Meslier mengalami musim yang sulit di bawah mistar gawang sehingga hal pertama yang dilakukan Sam Allardyce saat menjadi pelatih adalah mencadangkan sang pemain muda asal Prancis itu.

Chelsea telah mengalami musim yang buruk sehingga sejumlah pemain mereka dapat masuk ke dalam daftar pemain terburuk, namun Cucurella sangat mengecewakan mengingat biaya yang dikeluarkan untuk memboyongnya dari Brighton pada musim panas lalu adalah sekitar 55 juta Poundsterling.

Maguire tampil sangat buruk musim ini sehingga sang kapten Man United hampir tidak pernah bermain. Dia menjadi starter dalam dua pertandingan pertama Erik ten Hag sebagai pelatih - kekalahan dari Brighton dan Brentford - tetapi sejak itu hanya menjadi starter dalam tujuh pertandingan liga karena pelatih asal Belanda tersebut lebih memilih Lisandro Martinez, Raphael Varane, Victor Lindelof, dan Luke Shaw sebagai bek tengah.

Southampton mengakhiri musim di dasar klasemen dengan 25 poin, terpaut enam poin dari Leeds di peringkat 19. Banyak pemain the Saints yang seharusnya masuk dalam daftar pemain - hanya James Ward-Prowse yang benar-benar terbebas dari kritikan setelah musim yang sangat buruk - namun Lyanco dan Stuart Armstrong merupakan yang terburuk dari sekian banyak pemain yang buruk.

Phillips mengakhiri musim dengan meraih medali juara Premier League, namun tidak memberikan kontribusi yang berarti. Meskipun tiba di Manchester City dari Leeds dalam kesepakatan senilai 45 juta poundsterling pada musim panas lalu, gelandang Inggris ini hanya tampil sebagai starter dalam dua pertandingan liga sepanjang musim.

Sementara itu, Shelvey mengalami masa-masa yang tak terlupakan di Nottingham Forest setelah bergabung dari Newcastle pada bulan Januari. Ia tampil delapan kali - tidak pernah mencetak gol - dan menyumbangkan satu gol untuk Aston Villa dalam kekalahan 2-0 di Villa Park, juga berselisih dengan manajer Steve Cooper.

Pierre-Emerick Aubameyang hanya mampu mencetak satu gol di liga sepanjang musim, sementara rekan setimnya di Chelsea, Kai Havertz, tidak bernasib lebih baik. Chelsea finis di papan bawah klasemen untuk pertama kalinya sejak 1996 dan hanya mampu mencetak 38 gol dari 38 pertandingan - lebih sedikit dari Leicester dan Leeds, yang akan bermain di Championship musim depan.

Banyak yang diharapkan dari Richarlison setelah gol-golnya membuat Everton bertahan di divisi utama musim lalu, namun hal tersebut tidak berjalan dengan baik di Tottenham. Sang pemain asal Brazil hanya mencetak satu gol di liga dalam debutnya di Spurs yang akan selalu diingat karena pertengkarannya dengan mantan pelatih Antonio Conte.

Mereka juga kemasukan 63 gol musim ini, lebih banyak dari tim lain yang berada di 10 besar; Lenglet bukanlah satu-satunya pemain bertahan Spurs yang mengalami kesulitan, namun ia mengalami musim yang buruk setelah dipinjamkan dari Barcelona.

menjadi musim ke-33 Liga Premier, dan musim ke-126 sepak bola papan atas Inggris secara keseluruhan.

adalah juara bertahan empat kali berturut-turut, menjadikannya klub sepak bola Inggris pertama yang memenangkan empat gelar secara berturut-turut.

Musim ini menjadi musim pertama yang menggunakan teknologi offside semi-otomatis, karena klub-klub Liga Premier dengan suara bulat menyetujui penerapannya. Teknologi ini siap diperkenalkan setelah salah satu jeda internasional musim gugur.

- Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, pengeluaran dari sebuah liga pada satu jendela transfer mencapai 1 miliar poundsterling. Liga Primer Inggris adalah pemecah rekor tersebut dengan 1,2 miliar pounds (sekitar 21 triliun rupiah) pada bursa transfer musim panas 2016 lalu.

Bayangkan uang sebanyak itu jika diuangkan secara fisik ke dalam lembaran 100 ribu rupiah, maka bisa dipakai untuk membuat lapangan sepakbola di Stadion Utama Gelora Bung Karno menjadi kolam uang.

Hebatnya lagi, jika pengeluaran dari seluruh kesebelasan dari La Liga Spanyol, Serie A Italia, dan Bundesliga Jerman digabungkan, ternyata masih kalah dengan pengeluaran dari seluruh kesebelasan di Inggris (termasuk Divisi Championship yang ada di peringkat lima soal pengeluaran musim panas ini). Ini artinya, sepakbola Inggris luar biasa menggeliat di bursa transfer kali ini.

Ada andil besar dari mayoritas kesebelasan Liga Primer di sini, di mana 14 kesebelasan berhasil memecahkan rekor transfer di kesebelasan mereka sendiri. Satu tokoh utama pastinya adalah pemain termahal di dunia saat ini yang merupakan nama baru, yaitu Paul Labile Pogba.

"Saya pikir sepakbola sudah gila, pasar (harga pemain) sudah gila," kata Jose Mourinho yang mungkin dengan "gila"-nya membeli Pogba dari Juventus dengan harga 89,3 juta pounds untuk membuatnya menaiki Chevrolet Camaro merah mengkilap ke Carrington, hanya sekadar supaya kita sadar kalau di dalamnya benar-benar Pogba, bukan Bebe.

"Jadi apa yang mahal dan tidak mahal di sepakbola?", tanya Mourinho. Meskipun bingung, kami akan coba bantu menjawabnya.

Liga Primer sangat merepresentasikan 'Brexit' . Maksudnya adalah kesebelasan-kesebelasan Inggris ingin menjalankan bisnis (transfer) dengan kesebelasan luar negeri, tapi sekaligus juga menciptakan pasar mereka sendiri yang terlalu tinggi nilainya.

Arsane Wenger, yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi memberikan pendapat yang spesifik mengenai cara kesebelasan Liga Primer berbisnis.

"Sekarang ini di Eropa ada dua pasar: satu (adalah pasar) untuk kesebelasan Inggris dan satu (pasar) lagi untuk kesebelasan Eropa lainnya," kata Wenger baru-baru ini, seperti dikutip dari

"Ketika pembeli adalah (kesebelasan asal) Inggris, harga bisa berlipat sampai dua, tiga atau kadang 10 kalinya. Jika sebuah kesebelasan Inggris tidak mengincar pemain tersebut, harganya mungkin 5 juta pounds. Jika kesebelasan Inggris tertarik, pemain itu bisa berharga 35, 40 juta, atau 50 juta pounds."

Grafis angka 6 liga dengan pengeluaran terbesar di jendela transfer musim panas 2016

Selama ini kesebelasan Liga Primer mungkin punya daya beli yang tinggi tapi mereka tidak memiliki daya tawar yang tiggi. Semakin ke sini, kecuali ketika Gareth Bale menjadi pemain termahal di dunia, pemain dari Liga Primer sulit untuk pindah ke luar Inggris dengan harga yang tinggi.

Kita bisa melihat dari kasus Joe Hart musim ini. Saat ia tidak terpakai oleh Pep Guardiola, Manchester City sampai rela ia dipinjamkan ke Torino sambil juga tetap membayar (sebagian) gajinya yang tinggi itu.

Begitu juga dengan Bastian Schweinsteiger yang sudah dibandrol murah, 2 juta pounds, tapi tidak kunjung menemukan kesebelasan baru karena tidak ada yang sanggup atau sudi membayar gajinya yang tinggi.

Pada dasarnya, ada beberapa alasan yang membuat Liga Primer bisa menghabiskan lebih dari 1 miliar pounds dalam satu jendela transfer. Alasan pertamanya adalah hasil dari keuntungan hak siar.

Kenaikan sebanyak 70% dari kesepakatan televisi domestiktak terelakkan lagi. Sementara ketika hak siar sudah disebar ke luar negeri, angkanya lebih mencengangkan lagi, yaitu 8,4 miliar pounds untuk tiga tahun ke depan.

Dan Jones, salah satu ahli keuangan di

, berujar bahwa hak siar Liga Primer bukan menjadi satu-satunya faktor. Faktor lainnya adalah pergantian banyak manajer di kesebelasan-kesebelasan papan atas serta berjayanya Leicester City yang membuat persaingan kesebelasan untuk lolos ke Eropa semakin intens.

"Ini seperti badai," kata Jones seperti yang kami kutip dari

"Anda mendapatkan semua faktor (yang mendukung) sekaligus. Jadi saya tidak bisa memprediksi jika jendela transfer tahun depan akan lebih besar daripada tahun ini."

Kesebelasan seperti Real Madrid atau Barcelona pasti sedang khawatir. Bagaimana tidak, kondisi finansial kesebelasan-kesebelasan Liga Primer lambat laun akan mengalahkan kedigdayaan kedua kesebelasan asal Spanyol tersebut dan juga kesebelasan-kesebelasan besar (tajir) Eropa lainnya.

Kita sedang tidak membicarakan kesebelasan atau pemain terbaik dunia. Karena jika topik utamanya adalah pemain terbaik dunia, kita mungkin bisa menemukan mayoritas dari 5 pemain terbaik dunia memang masih bermain di Liga Spanyol.

Namun, jika kita membicarakan hal yang lebih besar, seperti 100 pemain terbaik dunia, seperti kata Jones, "maka jelas sangat berat sebelah ke (Liga) Inggris."

Hal ini ditandakan secara jelas dengan Pogba sebagai pemain termahal dunia yang memilih Manchester United, yang akan menjadi pemicu bagi pemain yang memiliki label "pemain terbaik" lainnya untuk selanjutnya lebih memilih Inggris sebagai tujuan alih-alih Spanyol, Italia, Jerman, atau negara lainnya.

Foto: Action Images via Reuters/Carl Recine

Sepakbola sekarang bukan lagi soal menang atau kalah (atau imbang), tetapi soal bisnis dimana ekonomi, sosial, dan lingkungan juga berperan. Di saat ekonomi Inggris sedang mengalami krisis, rekor demi rekor pemecahan transfer pemain justru semakin marak terjadi tahun ini.

Pembenarannya, kesebelasan-kesebelasan Liga Primer bisa mengeluarkan 1,2 miliar pounds dalam satu jendela transfer adalah dari hasil sponsor, pemasukan siaran televisi yang sangat tinggi, dan banyak faktor lainnya.

Liga Primer menjual hak siar televisi dengan rekor 8,4 miliar pounds untuk tiga tahun ke depan. Tidak heran kita di sini, di Indonesia, agak kesulitan untuk menonton Liga Primer jika tidak berlangganan televisi kabel tertentu yang harganya juga tinggi.

Ini memang merupakan bisnis yang sangat menarik. Bagaimana tidak, karena kesebelasan, pemain, atau penyiar tidak mengalami kerugian sama sekali meskipun harga hak siar menjadi tinggi. Ketika konsumen tidak mampu membayar mahal untuk menonton Liga Primer, biasanya konsumen akan menyalahkan perusahaan televisi kabel mereka, bukan pemegang hak siar (di Indonesia adalah beIN Sports), bukan juga kesebelasan favorit mereka.

Pada tahun 2009, ketika dievaluasi sebagai bisnis normal, Liga Primer diprediksi akan bangkrut dalam dua tahun saja, artinya adalah tahun 2011. Tujuh tahun telah berlalu dan situasi masih belum juga berubah.

"Masih ada banyak ruang (bagi finansial) untuk berkembang. Banyak orang sebelumnya berkata bahwa kondisi pasar ini adalah puncaknya, tapi ternyata terus tumbuh. Jadi saya tidak berpikir kalau Anda bisa berkata bahwa (kondisi finansial) ini sudah mencapai puncaknya," kata Jones.

Jika pertanyaannya kemudian adalah "kenapa?", maka para pakar ekonomi pun belum bisa mendapatkan jawabannya. Kembali mengingatkan tulisan kami pada tahun 2014, sepakbola masih menjadi sebuah UFO (

financial object). Sepakbola benar-benar sebuah "barang" yang ajaib. Dan sepakbola Inggris terlalu populer untuk bangkrut.